Jumat, 12 Oktober 2018

TUGAS UTS SASTRA LISAN


TUGAS UTS SASTRA LISAN.

Nama                          : Putri Beny Mawarsih
NIM                            : 170621100023
Kelas                           : PBI 3A
Dosen Pengampu        : Ahmad Jami’ul Amil, M.Pd.

Soal
1.  1    Uraikan sejarah dan perkembangan sastra lisan di Eropa, Asia Tenggara, dan Indonesia!
2.    2.  Jelaskan pemikiran tokoh tokoh sastra lisan aliran Perancis dan Amerika!
3.    3.  Uraikanlah teori penyebaran sastra lisan dan teori migrasi lisan!
4.   4.   Jelaskan pengertian folklore, sastra lisan, dan tradisi lisan!
5.  5.  Buatlah judul penelitian sastra lisan dan jelaskan menggunakan teori apa untuk mengkaji judul tersebut!

Jawaban
1.  1.  Pertama, adalah sejarah dan perkembangan sastra lisan di Eropa. Bentuk minat untuk sastra lisan di Eropa Barat pada abad ke-18 yaitu munculnya reaksi terhadap klasisme yang menyanjung-nyanjung zaman klasik sebagai puncak kebudayaan manusia. Minat sastra tersebut muncul dalam bentuk nyanyian-nyanyian dan dalam pemakaian bahasa spontan oleh masyarakat primitif. Sastra lisan primitif tersebut, misalnya balada, dongeng-dongeng rakyat. Perkembangan sastra lisan di Eropa terjadi pada abad ke 18, dalam rangka perkembangan kebudayaan yang lebih luas, yang sering disebut Romatik. Berkat perkenalan dengan dunia lain, manusia yang disebut primitif ditemukan oleh manusia Eopa Barat. Orang yang disebut primitif dimuliakan karena nyanyian nyanyian dan dalam pemakaian bahasa spontan. Dan di pihak lain, penyair Barat sendiri mulai menciptakan karya yang meneladani sastra lisan yang primitif itu. 
    Kedua, adalah perkembangan sastra lisan di Asia Tenggara. Karena di Asia Tenggara merupakan rumpun Melayu.  Bahasa sanskrit telah mempengaruhi bahasa melayu sejak pengaruh kebudayaan hindu hingga zaman kedatangan Islam pada abad ke 13 masehi. Banyak perkataan sanskrit atau hindu tua yang dipinjam  dan masih dipakai dalam bahasa melayu sampai sekarang. Dalam keagamaan seperti sembahyang, dewa, dewi, dosa, siksa, nirwana. Syurga, neraka, restu serta sebagainya, dan dalam kehidupan sehari-hari seperti budi, karya, jasa, gajah, cipta, boneka, negara, guru, harta, warna,duka, jiwa dan beratus ratus kata sanskrit lain yang tanpa sadar kita pakai itu berasal dari bahasa Hindu tua. Disamping bahasa, pengaruh sastra India juga banyak berkembang dalam sastra melayu. Epik-epik ramayana dan mahabarata telah melahirkan berbagai prosa atau hikayat dalam sastra melayu. Unsur-unsur sastra Hindu juga mempengaruhi cerita-cerita pelibur lara, cerita jenaka, cerita berbingkai dan sebagainya. Begitu juga pengaruh dalam puisi melayu seperti mantra, seloka dan gurindam.
Ketiga, adalah perkembangan sastra lisan di Indonesia, sudah mulai terjadi sejak dahulu, dimulai dengan kemunculan dongeng yang diceritakan oleh leluhur kepada anak anaknya. Jadi, telah terbentuk rantai dongeng yang tidak putus hingga generasi mereka. Setelah berdongeng, mereka lanjutkan dengan berteka teki dengan ciri khas masing masing anak. Perkembangan sastra di Indonesia dimulai dari sastra lisan karena manusia mengenal tulisan setelah ia mengenal lisan. Jadi segala kebudayaan yang dituturkan secara lisan dan diwariskan dengan metode lisan dalam kajian sastra lisan, yang meliputi cerita rakyat, teka teki rakyat, drama kerakyatan, syair, gurindam, dan lain lain. Di Indonesia, pengumpulan bahan cerita rakyat, puisi rakyat, dan teka teki rakyat dilakukan pada abad ke 19 oleh penyiar agama nasrani dari Eropa. Kesimpulannya adalah perkembangan sastra lisan di Indonesia dimulai dari kegiatan penerjemah Kitab Injil yang sejak awal abad 19 diutus ke Hindia Belanda oleh Lembaga Alkitab Belanda, dengan tugas utama untuk menerjemah Kitab Injil dalaam berbagai bahasa Nusantara, tetapi mereka selalu ditugaskan pula sebagai persiapan bagi tugas utama, untuk secara ilmiah meneliti bahasa dan kesusastraan.

2. 2. Aliran Perancis, Istilah sastra bandingan kali pertama muncul di negara Inggris yang dipelopori oleh para pemikir Perancis seperti Fernand Baldensperger, Jean-Marie Carre’, Paul van Tieghem, dan Marius-Francois Guyard. Mereka ini dalam ilmu sastra bandingan akhirnya lebih dikenal sebagai pelopor aliran Perancis atau aliran lama (Hutomo, 1993: 1). Pada perkembangan selanjutnya, sastra bandingan ini juga berkembang di Amerika, mengembangkan konsep-konsep sastra bandingan aliran Perancis, sehingga sastra bandingan aliran Amerika ini disebut sebagai aliran baru (Hutomo, 1993: 1). Aliran Perancis sebagai aliran lama berpendapat bahwa sastra bandingan adalah pembandingan sastra secara sistematik dari dua negara yang berlainan (Hutomo, 1993: 1). Sastra Bandingan versi aliran Perancis hanya membolehkan pengkajian karya sastra dengan jenis karya yang sama dan setara. Sejenis dan setara yang dimaksud misalnya puisi dengan puisi, cerpen dengan cerpen, naskah drama dengan naskah drama, dan seterusnya. Meskipun pada akhirnya hal ini juga mengalami perkembangan melalui berbagai terobosan, misalnya puisi dengan novel, drama dengan roman dan seterusnya. Sedikitnya aliran Perancis tidak menerima kemunculan aturan Sastra Bandingan versi Amerika ini. Mereka menyebut aliran Amerika telah menjadikan Sastra Bandingan kehilangan isi dan tujuan pengkajiannya sendiri. Aliran Perancis dianggap sebagai aliran klasik.  
Aliran Amerika, versi aliran Amerika menganggap pengkajian Sastra Bandingan seharusnya tidak sebatas itu saja, Kajian Sastra Bandingan tidak disempitkan. Dengan alasan itu, aliran ini pun memperkenalkan pengkajian perbandingan karya sastra dengan disiplin seni lain, misalnya puisi dengan lukisan, puisi dengan patung, cerpen dengan lagu, atau puisi dengan seni arsitek, aliran Amerika dipandang sebagai aliran yang lebih moderen. Aliran Amerika berpandangan lebih luas. Aliran Amerika tidak hanya membandingkan dua karya sastra dari dua negara yang berlainan, tetapi juga membandingkan sastra dengan bidang ilmu atau seni tertentu (Hutomo, 1993: 3). Oleh aliran Perancis hal tersebut tidak disetujui. Namun dalam praktiknya ternyata aliran Perancis juga melaksanakan konsep aliran Amerika (Hutomo, 1993: 4).

3. 3.  Teori penyebaran sastra lisan, ada dua teori yang tersebar di Eropa, yakni teori monogenesis dan teori polygenesis. Pada monogenesis dimaksudkan bahwa suatu penemuan diikuti proses difusi atau penyebaran. Sementara poligenesis yakni berarti penemuan penemuan itu sendiri.
Teori monogenesis dipelopori oleh Jacob dan Wilhelm Grimm yang hidup pada abad 19 M. Grimm menyatakan bahwa dongeng yang telah mereka kumpulkan di Jerman sebenarnya adalah mite yang sudah rusak, yang berasal dari rumpun Indo – Eropa Kuno. Di pihak lain, Max Muller berdasarkan hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa semua nama dewa utama Eropa melambangkan fenomena matahari. Lalu, teori poligenesis dipelopori oleh Andrew Lang. Menurut pandangannya, setiap kebudayaan di dunia mempunyai kemampuan untuk melahirkan unsur unsur kebudayaan yang sama dalam setiap taraf evolusi yang sama. Apabila ada motif cerita rakyat yang sama dari beberapa negara karena masing masing negara memiliki kemampuan untuk menciptakannya secara berdiri sendiri maupun sejajar. 
Migrasi sastra lisan, perpindahan sastra lisan dapat dibandingkan dengan perpindahan “kata kata budaya”. Sebab sastra lisan penyampainnya dari mulut ke mulut melalui media bahasa. Cerita dari bahasa satu berpindah ke bahasa yang lain, atau dari dialek yang satu ke dialek yang lain. Selain itu menurut Benfey [dalam Hutomo, 1991 : 75] migrasi juga dapat terjadi melalui sastra tulis. Migrasi dapat terjadi karena perpindahan a whole community. Misalnya perkawinan, perpindahan orang. Pewarisan sastra lisan dapat berupa horizontal maupun vertikal. Pewarisan horizontal misalnya dari tetangga ke tetangga, atau dari media sosial. Sedangkan pewarisan secara vertikal adalah dari orang tua kepada anaknya.

4. Folklor, Folklore merupakan gabungan dari dua kata Folk dan Lore, Kata Folklore Berasal dari bahasa Inggris yang masing-masing memiliki arti sebagai berikut: Folk adalah sekelompok orang yang memiliki ciri khas tertentu seperti kebudayaan, fisik  yang membedakan dengan kelompok lainnya. Lore adalah kebudayaan  yang diwariskan secara turun-temurun secara lisan maupun Isyarat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Folklor adalah adat istiadat tradisional dan cerita rakyat yang diwariskan secara turun-temurun, tetapi tidak dibukukan.  Jadi dapat disimpulkan bahwa Folklore adalah suatu kebudayaan manusia (kolektif) yang diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Baik itu dalam bentuk lisan maupun isyarat. Folkore identik dengan tradisi dan kesenian yang telah berkembang pada zaman sejarah yang telah menyatu didalam kehidupan masyarakat.
Sastra lisan, Sastra lisan adalah berbagai tuturan verbal yang memiliki ciri-ciri sebagai karya sastra pada umumnya, yang meliputi puisi, prosa, nyanyian, dan drama lisan. Sastra lisan (oral literature) adalah bagian dari tradisi lisan (oral tradition) atau yang biasanya dikembangkan dalam kebudayaan lisan (oral culture) berupa pesan-pesan, cerita-cerita, atau kesaksian-kesaksian ataupun yang diwariskan secara lisan dari satu generasi ke generasi lainnya (Vansina, 1985: 27-28). Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan yang jelas bahwa sastra lisan itu sekumpulan karya sastra atau teks-teks lisan yang memang disampaikan dengan cara lisan, atau sekumpulan karya sastra yang bersifat dilisankan yang memuat hal-hal yang berbentuk kebudayaan, sejarah, sosial masyarakat, ataupun sesuai ranah kesusasteraan yang dilahirkan dan disebarluaskan secara turun temurun, sesuai kadar estetikanya.
Tradisi lisan, adalah pesan atau kesaksian yang disampaikan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pesan atau kesaksian itu disampaikan melalui ucapan, pidato, nyanyian, dan dapat berbentuk pantun, cerita rakyat, nasihat, balada, atau lagu. Pada cara ini, maka mungkinlah suatu masyarakat dapat menyampaikan sejarah lisan, sastra lisan, hukum lisan dan pengetahuan lainnya ke generasi penerusnya tanpa melibatkan bahasa lisan.

5Judul penelitian sastra lisan, penelitian dengan judul “Analisis Mitos Lembu Suro di Kediri Menggunakan Teori  Strukturalisme Levi-Strauss” Analisis struktural Lévi-Strauss banyak memanfaatkan data etnografi. Pendekatan dan cara kerja penelitian Levi-Strauss dikemukakan dalam bukunya Mythologiques. Sepintas lalu mitos tampak aneh, tidak memiliki arti,tetapi bagi Levi-Strauss, mitos memiliki tata bahasa tertentu. Mitos bahkanmerupakan sebuah alat logika untuk menjelaskan berbagai kontradiksi yangdialami umat manusia. Mitos merupakan hasil kreatifitas kejiwaan manusia yang bebas.


TERIMA KASIH.

 




Senin, 12 Juni 2017

Kembali

Aku tak pernah menyesal.
            Namaku tidaklah penting, asal usulku juga tak penting, segalanya tentangku sangat tak penting. Bukan hendak menutupi, hanya saja memang digariskan untuk tertutup. Siapa gerangan yang ingin mengetahui siapa aku, tak ada. Usia ku 30 tahun. Perjalananku telah 30 tahun, dan kisah hidupku berjalan 30 tahun. Tidak ada yang menarik dari kisahku selain kenyataan bahwa aku bodoh.
            Usiaku 7 tahun kala itu. Putih merah adalah seragamku. Seperti halnya anak seumuranku, aku pergi ke gudang ilmu, katanya.  Tuntutlah ilmu setinggi langit, kata orang bijak. Ibuku mengatakan hal sama, sekedar meniru atau tahu makna? Entahlah, siapa peduli. Aku tak pernah menuntut apapun, begitupun dengan ilmu.
            Guruku adalah orangtua kedua bagi kita, kata orang orang. Tugas adalah jembatan untuk mendapat pengetahuan, mereka bilang begitu. Tidak untukku, guruku adalah pengganggu tidur nyenyakku. Tugas adalah perusak kebebasanku. Aku tumbuh berpegangan prinsip itu.
            Putih biru. Baju kebanggan usia belasan. Usiaku. Terjaga ditengah malam demi mengerjakan sesuatu, itu hal yang asing. Berangkat pagi dan pulang sore, itu hal yang membosankan. Aku malas melakukan semua hal konyol itu. Bagiku itu percuma. Menghabiskan uang hanya untuk satu buku. Tiada guna.
            Menginjak usia 16 tahun, masa SMA adalah hal yang berkesan, masa yang tak terlupakan, masa yang indah untuk di ingat. Itu masih kata mereka. Aku tak mengenal mereka itu siapa, mengapa mereka mengatakan hal yang tak masuk masuk nalar. Aku juga tak peduli apa yang mereka katakan, bagiku itu hanya kiasan.
            Hidupku pilihanku, orang lain mengganggu, abaikan dan pergilah berlalu. Menurutku begitu. Ku lakukan apa yang menjadi inginku. Aku pergi ke kota mengikuti seniorku. Bekerja di toko baju. Tak penting berapa receh yang kuterima, asal bedak dan nasi terpenuhi sudah cukup buatku lega. Tak peduli apa kata mereka, mereka hanya melihat dengan menghakimi. Seenak hati membuka lisan tanpa perkiraan. Bermaksud menggurui dengan pepatah lama tanpa paham makna di dalamnya.
            Dari usia 16 tahun hingga seperempat abad, tak pernah sekalipun aku beranjak dari toko baju. Meski upah hanya cukup membeli gincu, aku tak pernah ragu akan gengsiku. Tanpa perlu penjelasan, sudah jelas jika catatan hutangku sudah menjadi buku. Tidak ada pilihan lagi selain melarikan diri, bersembunyi tanpa perlu kembali. Menyebrangkan diri di pulau sepi penuhi, aku disini. Sendiri. Lima tahun aku menetap, tanpa seorang sanak saudara. Bekerja seadanya demi meneruskan nafas. Makan hari ini, mencari lagi esok hari.
            Aku mengatakan jika aku tak pernah menyesal, memang benar yang kukatakan. Tidak ada penyesalan. Hidup itu pilihan, inilah kehidupan. Aku mengatakan jika aku tak pernah menyesal, memang benar yang kukatakan. Percuma menyesal di masa tua, tak ada guna, semua telah berlalu, masa muda itu telah pergi. Aku mengatakan jika aku tak pernah menyesal, memang benar yang kukatakan. Saat ini aku tidak butuh rasa menyesal, aku hanya ingin kembali.
            Kembali ke waktu seragam putih merah di badanku, mengerjakan tugas seperti teman temanku, menganggap guru sebagai ibu. Kembali ke waktu itu.
            Kembali ke waktu seragam putih biru menjadi kebanggaan usia belasan saat itu, sepertiku. Kembali ke waktu itu.
            Kembali ke waktu dimana seharusnya aku melanjutkan pendidikan dan mengikuti kata kata mereka itu. Seharusnya begitu. Kembali ke waktu itu.
            Berani memikirkan segala kemungkinan, aku kembali memikirkan jika aku menuntut ilmu dikala itu, aku mungkin bisa melampui diriku dan kenyataanku. Masih mungkin. Apa salahnya dengan mungkin? Tidak, tidak ada yang salah.
            Aku tak pernah menyesali masa mudaku yang tak peduli dengan ilmu. Sama sekali tidak ada prasangka penyesalan, hanya saja diusiaku yang semakin tua, aku hanya mengharapkan kembali dan memulai segalanya dari awal. Menata hidupku dengan ilmu, mengisi segala hampa dengan ilmu, dan beranjak dewasa dengan ilmu. Masa mudaku itu akankah kembali? Tidak. Aku harus memulai dari sini. Berakhir atau bertahan? Biarkan aku yang tahu.





SURAT PERMOHONAN GNOTA

Yth. Ketua Lembaga Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA)
                                 Kabupaten Kediri
                             Di Kediri

Surat Permohonan Beasiswa
Dengan hormat,
            Berdasarkan Surat Edaran Pengurus Kabupaten Kediri Nomor 36/PL-GNOTA Kab. Kdr./IV/2017 pada tanggal 28 April 2017 tentang "Beasiswa Masuk Perguruan Tinggi"
Saya ;
Nama                                       : Putri Beny Mawarsih
Tempat/tgl lahir                       : Kediri, 23 Maret 1998
Alamat                                     : Dusun Tondomulyo RT.03 RW.02, Desa Gadungan, Kec.                                                     Puncu, Kab. Kediri                                                  
Progam studi                           : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Semester                                  : 1
Nama perguruan tinggi           : UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
Alamat perguruan tinggi         : Jl. Raya Telang, Kec. Kamal, Bangkalan, Telang, Kamal,                                                                       Madura
Nomor handphone                  : 085815556283

BIODATA ORANG TUA
Nama ayah                              : Bunyamin
Tempat/tgl lahir                       : Kediri, 7 September 1964
Pekerjaan                                 : Tidak bekerja
Kondisi ayah                           : Meninggal
Nama ibu                                 : Bunyamin
Tempat/tgl lahir                       : Kediri, 8 September 1965
Pekerjaan                                 : Pedagang
dengan ini mengajukan surat permohonan bantuan Beasiswa GNOTA kepada Bapak/Ibu. Sebagai bahan pertimbangan, maka saya lampirkan:
1. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP) kedua orang tua.
2. Foto copy Kartu Tanda Penduduk (KTP)Pemohon
3. Foto copy Kartu Keluarga (KK)
4. Foto copy Rekening Listrik 3 bulan terakhir
5. Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) dari desa (asli)
6. Surat Keterangan Tidak Memiliki PBB
7. Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional Sementara (SKHUNS)
8. Print Out Informasi Penerimaan Mahasiswa Baru dari Universitas
9. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Permohonan Bantuan Sosial
10. Foto rumah
11. Denah alamat rumah
Demikian surat permohonan ini saya buat, atas perhatian dan terkabulnya permohonan beasiswa ini, saya sampaikan terima kasih.
Kediri, 19 Mei 2017
                                                                                                                  Hormat saya,





Putri Beny Mawarsih 

Rabu, 14 Mei 2014

Oh!


Matahari mulai memancarkan cahyanya lebih terang dari yang kubayangkan. Seolah mengisyaratkan bahwa aku harus lebih cepat lagi untuk mengayuh sepeda warna biruku menyusuri jalan panjang menuju suatu tempat yang dimana aku dapat menuntut ilmu. Ya, tentu saja ke sekolahku. MTs Negeri 1 Pare. Sesekali aku mendongakkan wajahku ke atas. Berharap matahari mau bersembunyi sebentar di balik awan. Tapi sayang, sia sia.
Kuhentikan sepedaku saat aku melihat seseorang yang tak asing lagi bagiku, “Rahma!” teriakku keras. Orang yang kuyakini adalah Rahma akhirnya menoleh ke arahku tapi ada berbeda dengannya. Biasanya ia akan berteriak juga saat melihatku, tapi kali ini ia berbeda, ia hanya tersenyum simpul saat menatapku. “Ah mungkin dia sedang ada masalah” pikirku enteng.
Memang benar, mungkin ia sedang ada masalah karena sedari tadi ia hanya diam tanpa mengajakku mengobrol. Sesekali ku lirik Rahma dan berusaha mengajaknya untuk mengobrol tapi Rahma justru tak menggubrisku sama sekali. Entah apa yang membuatnya menjadi pendiam seperti ini. “Mungkin ia masih belum mau cerita” pikirku enteng lagi.
Hingga siang hari sikap acuhnya masih terus berlanjut, Rahma yang kukenal adalah teman yang sangat periang. Tak biasanya ia seperti ini, ditambah lagi kali ini ia tak keluar kelas. Ia justru sangat tekun mengerjakan soal matematika yang bahkan belum diajarkan. Padahal selama ini, Rahma adalah siswa yang sangat membenci pelajaran matematika. Entah mengapa aku merasa Rahma bukanlah Rahma yang ku kenal. Perlahan tapi pasti aku mulai mengajaknya mengobrol, bermodalkan snack kesukaannya aku duduk disampingnya, berharap ia meresponku. Kusodorkan snack kesukaannya dan mulai mengajaknya bicara, “Rahma ini buat kamu” ujarku sembari menatapnya. “Makasih Jihan” tuturnya tanpa menatapku. Aku hanya menarik nafas pelan. Cukup lama tak ada percakapan antara kami. Hingga kuberanikan diri untuk bertanya padanya, “Oh ya kamu kok tumben sih rajin banget. Salah makan ya?” tanyaku iseng. Berharap ia menggubrisku atau paling tidak menjawab pertanyaanku. Tapi yang kudapatkan justru hanya tatapan yang sama sekali tak ingin kudapatkan. Dengan cekatan aku segera meminta maaf, “Rahma maafkan aku jika perkataanku membuatmu tersinggung” ujarku tanpa menatapnya. Rahma justru tersenyum simpul ke arahku, dan hanya mengangguk pelan. Senyumnya sudah mengisyaratkan kepadaku bahwa ia memaafkanku. Aku berharap begitu.
Seharian penuh Rahma terasa sangat asing bagiku, aku sama sekali tak mengerti apa yang membuatnya menjadi seperti ini. Aku mencoba menerka apa yang sebenarnya terjadi padanya. Rahma yang kukenal kini menjadi jauh denganku. Aku berusaha mencari celah kesalahanku hingga ia bersikap acuh padaku hari ini. Tapi sayang, aku masih belum menemukannya. Bahkan hingga pulang sekolah, saat aku bertemu dengannya di jalan, Rahma sama sekali tak menyapaku. “Sial kau!” umpatku.
Keesokan harinya sudah kubulatkan tekadku untuk membalas perlakuannya kemarin padaku. Targetku hari ini adalah membuat Rahma merasa bersalah karena sudah bersikap acuh padaku. Kali ini aku berangkat lebih pagi dari biasanya, berharap Rahma belum tiba di sekolah, tapi sayang, Rahma justru berangkat lebih awal dariku. Tapi kali ini ia berbeda lagi, tidak seperti kemarin, kali ini sangat bersahabat. Bahkan hari ini ia justru yang banyak bicara. Aku sangat nyaman dengannya. Bahkan niatku untuk bersikap acuh padanya pudar sudah. Aku sangat senang Rahma kembali menjadi Rahma yang kukenal.
“Rahma aku seneng deh” bisikku pelan saat kami sedang di kantin.
“Senang kenapa, Han?” tanyanya menanggapiku. “Kamu kembali” jawabku sambil melahap snack terakhirku. Rahma hanya tersenyum lebar tanpa menjawabku. Kali ini aku sama sekali tak marah padanya walaupun ia tak menjawabku. Aku rasa sosok Rahma sahabat yang kukenal akhirnya kembali.
Seminggu berselang, sosok Rahma yang bersahabat kini hilang lagi. Rahma dengan sikap yang tak kuharapkan datang lagi, aku semakin kebingungan dengan kejanggalan kejanggalan yang semakin nyata. Apa yang sebenarnya terjadi pada Rahma sahabatku? Kadang ia menjadi Rahma yang kuharapkan kadang juga ia menjadi Rahma yang sangat ingin kuacuhkan.
Rasa penasaranku memuncak, saat pulang sekolah kubuntuti Rahma dari belakang hingga ia sampai di rumahnya. Mungkin aku bisa mencari tahu apa yang terjadi padanya. Pikirku saat itu. Setelah memasuki rumah, aku sangat tidak percaya dengan  pemandangan yang tersaji dihadapanku. Rahma ada dua. Wajah mereka sangat mirip. Apa yang sebenarnya terjadi? Kedua Rahma itu menghampiriku, salah satu diantara mereka tersenyum padaku, senyum yang sangat akrab bagiku. Tapi mengapa ia menggunakan seragam sekolah lain. “Jihan, maaf tidak memberitahumu. Aku Rahma yang asli. Dan ini Rahmi” Aku hanya terdiam bagai patung. Aku hanya menarik nafas panjang, “Jadi kalian kembar? Dan yang tadi ke sekolah itu Rahmi kembaranmu Rahma?” tanyaku dengan wajah bingung. “Iya. Kami memang kembar. Maaf ya karena tidak memberi tahumu” jawab Rahma dengan tatapan seperti merasa bersalah. “Iya Jihan maafkan kami, sebenarnya ini salahku, aku meminta Rahma untuk menjadi diriku dan aku menjadi Rahma. Dan maaf jika selama ini aku terkesan tidak memperdulikanmu, Jihan” ujar Rahmi yang juga ikut ikut minta maaf. Tak ada yang bisa aku lakukan lagi selain memaafkan mereka. “Aku juga minta maaf ya karena sudah berpikiran buruk. Maaf ya” ujarku yang juga ikut minta maaf. Keduanya hanya mengangguk pelan. “Jadi, kamu tidak benar benar mengacuhkanku kan Rahma?” tanyaku ke arah Rahma. “Tentu saja tidak, mana mungkin aku bisa mengacuhkan sahabat sepertimu Jihan” tuturnya sambil memelukku.
   Dan kini persahabatanku dengan Rahma tak lagi hanya berdua, tapi dengan kehadiran Rahmi persahabatan makin lengkap. 

*Kritik dan saran dibutuhkan*

Selasa, 13 Mei 2014

"Bagaimana kalau?"

Aku, gadis remaja bergolongan darah A dengan zodiak Aries dan ber shio macan. Aku, gadis remaja yang terlihat ceria di kesehariannya.
Aku, gadis remaja yang tidak punya rasa percaya kepada orang lain. Entah sejak kapan aku mempunyai sifat ini, tapi ketika seseorang mengetahui sesuatu tentangku, entah kenapa aku selalu mempunyai pikiran "bagaimana kalau?" aku selalu takut. Aku juga sangat jarang bahkan tidak pernah memberitahukan isi hatiku kepada orang lain walaupun ia adalah sahabatku sendiri.. Karena, ya karena itu tadi "bagaimana kalau?" aku berusaha semaksimal mungkin untuk memendam apa pun yang aku rasakan, aku tak ingin orang lain tahu, aku tak ingin ada yang ikut campur akan apa yang aku rasakan. Sahabatku, ia tahu sedikit tentangku. Ia hanya tahu bagaimana aku yang selalu tersenyum, bagaimana aku yang dengan cerianya menjalani aktivitasku. Ia hanya tahu itu. Ia tak tahu bagaimana aku dibalik senyuman itu, ia tak tahu bagaimana aku dibalik keceriaanku itu. Dan aku tak mau ia tahu. Masih dengan alasan yang sama bagaimana kalau ia menceritakan kepada orang lain? Bagaimana kalau ia tak mau mengerti aku? Bagaimana kalau ia ikut campur tentang urusanku? Dan "bagaimana kalau" lainnya. 
Bahkan ibuku pun, mungkin tidak tahu apa yang aku rasakan tentang kehidupan. Beliau hanya tahu aku anaknya yang tampak baik baik saja. Itu bukan aku! Aku tidak baik baik saja. Aku punya segudang masalah. Diatas masalahku itu ada orang yang tersenyum, karena itu tujuanku. Melihat dia tersenyum walaupun aku menangis. Aku ingin hanya aku dan Tuhan yang tahu, aku tak mau orang lain tahu, karena akan membuat masalah itu bukan reda tapi membesar. Dan aku muak!
Mungkin susah menjalani kehidupan seperti ini, kehidupan tanpa rasa percaya. Aku lebih memilih dipercaya daripada memercaya. Aku kecewa dengan sebuah kepercayaan, dan aku tak mau merasakan kecewa untuk kedua kali dengan alasan yang sama.
Semakin sedikit orang yang tahu, maka akan semakin baik. Aku mempunyai sebuah prinsip yang cukup konyol bukan? 
Bagaimana seseorang dapat hidup tanpa rasa percaya? Tapi nyatanya, inilah aku. Aku hidup.
Prinsip itu kuterapkan semenjak kepercayaan telah membuatku kecewa..
Lalu kenapa aku membuat blog?
Karena aku ingin menuangkan apa yang kupendam disini. Kalian tidak mengenalku secara individu bukan? Kalian hanya mengenalku sebagai pengelola blog saja kan? Itu yang membuatku tenang, setidaknya tidak akan ada yang terlibat walaupun itu hanya selangkah di kehidupanku..
Jadi izinkan aku mengutarakan tentangku. Tentangku secara nyata, bukan aku yang berpura pura.
Blog is my diary..